Jumat, Februari 27, 2009

KABA TAREH KABA PUSAKO MINANGKABAU

Kaba Tareh, ialah esensi kabar atau sari berita tentang asal usul, silsilah, dan sejarah Alam Minangkabau masa lalu,
yang disampaikan secara lisan oleh “ahli tutur”-nya.
Kaba Tareh merupakan “sako nan disako-i” oleh seseorang yang memangku jabatan “raja” atau “penghulu adat” di Alam Minangkabau pada zamannya.
Diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi
dari zaman ke zaman, sampai sekarang.
Kaba Tareh diterima sebagai Kaba Pusako Minangkabau.

Minangkabau mewarisi Kaba Pusako yang disebut Kaba Tareh. Kosa kata kaba berasal dari kata Arab khabar yang artinya berita, dan tareh berasal dari kata tarikh yang artinya tahap-tahap perjalanan tahun. Tetapi tareh dalam pengertian asli Minangkabau ialah “esensi”, “sari pati” atau seperti bagian “isi” dari suatu batang pohon kayu, misalnya tareh jua, tareh jilatang yakni bagian dalam atau isi batang yang keras dari pohon kayu Juar atau pohon Jelatang. Dalam Tambo Minangkabau disebutkan balai adat bertiang tareh jilatang. Artinya bangunan balai adat itu didirikan dengan menggunakan tonggak tareh jilatang.
Kedua kosa kata ini digabung menjadi khabar tarikh yang oleh nenek moyang Minangkabau diucapkan menjadi kaba tareh, artinya sari berita tentang asal usul, silsilah dan peristiwa sejarah yang terjadi pada tarikh tarikh atau periode zaman tertentu. Kaba Tareh tersebut juga mengisyaratkan sifat kaba yang kuat, yakni sari berita tentang peristiwa-peristiwa sejarah yang penting, untuk diambil hikmahnya dan digunakan sebagai tonggak atau batang silsilah dan sejarah, sebagai penegak bangunan budaya dalam kehidupan generasi Alam Minangkabau dari zaman ke zaman.


Kaba Tareh ini menjadi “sako nan disako-i” di setiap korong kampuang sa-Alam Minangkabau, karena itu disebut sebgai “Sako Korong Jo Kampuang”. “Sako” adalah sebuah nilai warisan Budaya Alam Minangkabau dan dikategorikan sebagai Kaba Pusako, artinya kabar berita tentang asal-usul, silsilah dan sejarah yang dipusakai turun temurun.
Oleh karena Kaba Tareh tersebut sebagian besar adalah “berita sejarah” yang disampaikan secara tutur, turun temurun dari generasi ke generasi oleh “ahli tutur” yang disebut “Tukang Kaba” (ahli berita), maka Kaba Tareh ini merupakan karya sastra tradisi lisan yang secara teknis disampaikan dengan berbagai cara dalam berbagai kesempatan, berbentuk tutur pidato, tutur syair, pantun, gurindam atau prosa berirama dendang, diiringi alat musik seperti biola, adok, atau rabana oleh Tukang Kaba.
Cerita (sari berita) Sejarah yang dikemas dalam Kaba Tareh masa-lalu sebagai Kaba Pusako, sebenarnya merupakan induk sastra tradisi Minangkabau, ditinggalkan sebagai warisan budaya yang memiliki karakter dan corak pengungkapan khas dan spesifik.
Kaba Pusako Minangkabau secara tradisi, telah diklasifikasikan dalam tingkatan dan jenisnya yang terdiri dari empat tingkatan yakni :

pertama Tareh Batang
kedua Tareh Daulu
ketiga Tareh Kudian, dan
keempat Tareh Runuik.

Tareh Runuik merupakan tareh lanjutan yang lebih rinci, dibandingkan dengan Tareh Kudian, karena itu Tareh Runuik kemudian berkembang demikian luasnya dalam berbagai variasi kaba menjadi “cerita sejarah” yang sudah melegenda sampai saat ini.
Banyak orang-orang tua dahulu baik dari kalangan nenek-nenek atau kakek-kakek mereka mewarisi cerita kaba ini, yang secara tutur disampaikan dalam lingkungan akrab keluarga-keluarga mereka. Diceritakan kembali kepada anak cucu nereka dengan berbagai bumbu fiktif sehingga mengasyikkan. Namun esensi “kaba” tidaklah berobah.
Ada empat macam Kaba Pusako dari Tareh Runuik ini yang amat besar pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat tradisi Minangkabau, di Sumatera Barat. Bahkan pengaruh cerita ini juga berkembang di Nusantara ini. Sehingga ia termasuk Serial Tradisi Lisan Nusantara, yaitu :

Pertama, Kaba Cindua Mato
Kedua, Kaba Malin Dewa Nan Gombang Patuanan, yang lebih terkenal dengan kaba Sutan Pangaduan sebagai lanjutannya.
Ketiga, Kaba Anggun Nan Tongga, dan beberapa episodenya.
Keempat, Kaba Bonsu Pinang Sibaribuik.
Dari empat Kaba Tareh Runuik Minangkabau itu, hanya ada dua yang cukup populer dan dikenal baik di Sumatera Barat khususnya, Nusantara pada umumnya, yakni Kaba Cindua Mato dengan berbagai versinya, dan Kaba Anggun Nan Tongga dengan berbagai versinya.
Episode-episode tertentu yang menarik dari kedua Kaba ini, dijadikan materi dendang oleh Tukang Kaba atau Tukang Rabab. Juga berkembang dan dimainkan sebagai Cerita Randai, bahkan ceritanya telah diadaptasi, digarap dan dipentaskan dalam berbagai bentuk naskah teater modern.
Kaba Malin Dewa Nan Gombang Patuanan versi Minangkabau yang pada zamannya sangat populer di Pesisir Selatan, tidak lagi banyak yang mengenalnya, demikian juga para Tukang Rabab Pesisir tidak lagi menguasai jalan ceritanya, kecuali ada pada kalangan peminat dan peneliti tertentu saja. Seperti budayawan Khairul Harun (alm) pernah membukukannya, tetapi tidak lengkap, dan Syamsuddin Udin “Kaba Gombang Patuanan : Tradisi Lisan Minangkabau, 1991.
Sementara Kaba Bongsu Pinang Sibaribuik yang pada masanya populer di daerah Kubung Tigo Baleh, Sungai Pagu, Muara Labuh, Indrapura, Bandar Sepuluh, Salido, Bayang dan Tarusan sampai ke Padang, terus ke Negeri Sembilan di Malaysia boleh dikatakan tidak lagi dikenal secara utuh. Hanya beberapa kalangan dari orang-orang tua di Pesisir Selatan dan Kubung Tigo Baleh yang masih ingat dengan tokoh-tokoh kaba ini, namun rincian jalan cerita kaba tersebut telah compang camping, bahkan terputus-putus.
Pada hal Kaba ini seperti juga ketiga kaba yang disebutkan terdahulu, sangat panjang sekali, dan kaya dengan nilai-nilai yang bersifat sakral dan cerita-cerita epik yang disampaikan lewat berbagai episode-episodenya. Dituturkan tidak saja oleh Tukang Kaba Pesisir pada zamannya, tetapi juga oleh orang-orang tua, cati bilang pandai, bahkan para orang-orang alim dan guru-guru silat. Banyak para pendekar pendekar pejuang masa lalu menguasai jalan ceritanya sebagai kepustakaan tradisi yang dapat memberikan hikmah dan pelajaran bagi pembinaan jati diri pribadi mereka. Namun sayang seperti ungkapan adat mengatakan : Lah banyak Tareh nan talamun.

EMRAL DJAMAL DT. RAJO MUDO
+6281266014270

1 komentar:

limpato mengatakan...

Alhamdulillah, Pak, selamat, akhirnya Salimbado punya blog sendiri. Semoga dengan ikutnya Pak Emral Djamal Dt Rajo Mudo mengisi kolom di dunia internet ini, semakin memberikan pencerahan kepada anak kamanakan rang Minangkabau untuk mengenali lebih dalam keagungan budaya mereka sendiri dan tentunya blog ini juga merupakan gerbang bagi peminat budaya darimanapun asal mereka untuk mengetahui seluk beluk Minangkabau yang diutarakan oleh pewaris budayanya sendiri.

-Hendri, Tokyo-

Posting Komentar

 

  © 2009 KABA TAREH

True Contemplation Blogger Template by M Shodiq Mustika